Jakarta, SiaranIndoonesia Masyarakat agaknya sudah tak asing lagi dengan penggunaan uang elektronik. Maraknya belanja online ikut mendorong pertumbuhan gerakan nontunai. Di Jakarta dan sekitarnya, sejumlah tempat bahkan menggalakkan gerakan nontunai, seperti pembayaran parkir, busway di Transjakarta, KRL Commuterline, serta jalan tol.
Khusus jalan tol, Bank Indonesia (BI) malah telah mewajibkan pembayaran nontunai pada 30 Oktober 2017 lalu. Itu artinya, tidak ada lagi transaksi tunai di gerbang tol. Alasannya, demi mengurai kemacetan yang salah satunya disebabkan antrian panjang di gerbang tol.
Seiring perkembangannya, uang elektronik ini tak hanya terbatas pada kartu fisik saja. Pada kenyataannya, banyak juga uang elektronik yang melayang-layang pada aplikasi, seperti Go-Pay dari Go-Jek Indonesia, BukaDompet dari Bukalapak, T-Cash Telkomsel, hingga Jenius dari PT Bank Tabungan Pensiunan Negara Tbk (BTPN).
Digital Banking Value Proposition and Product Head BTPN Irwan Sutjipto Tisnabudi mengungkapkan, Jenius dilahirkan dengan dua konsep, uang elektronik fisik serta aplikasi melalui ponsel pintar.
Hal ini dilakukan agar masyarakat tetap dapat menggunakan kartu pembayaran, namun tetap bisa memaksimalkan penggunaannya melalui layanan berbasis aplikasi untuk berbagai transaksi. Sehingga, uang elektronik Jenius juga bisa digunakan untuk layanan transfer dan menabung.
Selain untuk memudahkan masyarakat, menurutnya, memang pola transaksi keuangan masyarakat telah berubah seiring dengan meningkatnya digitalisasi dan pemanfaatan teknologi.
“Kami ingin Jenius terus berevolusi untuk menyesuaikan dengan gaya hidup para digital savvy yang begitu dinamis. Maka, semangat kokreasi terus kami lakukan supaya Jenius bisa tetap relevan,” ujarnya belum lama ini.
Namun, dengan banyaknya pilihan uang elektronik ini, tentu Anda harus bijak memilih yang sesuai kebutuhan dan intensitas penggunaan uang. Jangan sampai, dana mengendap malah tak terpakai di banyak dompet elektronik.
Pengelola keuangan Budi Raharja mengatakan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih dan menggunakan uang elektronik. Pertama, memilih uang elektronik yang sesuai dengan penyedia layanan keuangan Anda sehari-hari.
Misalnya, bila telah menjadi nasabah perbankan tertentu, lebih baik memilih uang elektronik yang disediakan bank tersebut. Sebab, selain lebih sudah dikenal, nasabah juga akan lebih dimudahkan saat ingin melakukan pengisian saldo. “Jadi tidak perlu uang elektronik dari semua bank dimiliki,” ucapnya kepada CNNIndonesia.com.
Kedua, memilih berdasarkan skala kebutuhan. Menurutnya, bila sehari-hari pengguna uang elektronik menggunakan transportasi publik tentu harus memilih uang elektronik yang bisa digunakan untuk fitur ini.
Ketiga, berdasarkan penawaran khusus yang diberikan. Menurut Budi, masyarakat harus cermat pula memilih uang elektronik atas perhitungan ini, seperti merchant apa saja yang sudah bekerja sama untuk jangka waktu lama hingga berapa besar potongan harga yang diberikan.
Posting Komentar