Tiga Bulan berlalu, Kasus Penyiraman Air Keras Terhadap Novel Baswedan Belum Juga Terungkap


Tiga Bulan berlalu, Kasus Penyiraman Air Keras Terhadap Novel Baswedan Belum Juga Terungkap


Tiga Bulan berlalu, Kasus Penyiraman Air Keras Terhadap Novel Baswedan Belum Juga Terungkap - Sampai saat ini Polri mengataskan masih fokus mencari pelakunya. “Kita tunggu saja, polisi masih bekerja dan sampai sekarang penyidik masih di lapangan untuk mencari pelakunya,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono kepada detikcom, Senin (31/7/2017).

Menurut pengakuan Novel kepada Time, Novel menduga ada “orang kuat” yang menjadi dalang serangan itu. Bahkan, dia mendapat informasi bahwa seorang jenderal polisi ikut terlibat. “Saya memang mendapat informasi bahwa seorang jenderal polisi terlibat,” kata Novel.

Informasi mengenai adanya seorang jenderal polisi yang terlibat dalam kasus penyiraman air keras kepada Novel seharusnya langsung diberikan kepada Kepolisian Republik Indonesia.

Namun kenyataannya, Novel hanya mau memberikan informasi nama jenderal polisi tersebut apabila telah dibentuk TGPF. Apa artinya ini ? Apakah Novel sudah tidak mempercayai lagi kepolisian dibawah komando Jendral Polisi Tito Karnavian ? Mengapa Novel tidak mau memberikan informasi tersebut ? Apakah Novel bukan seorang polisi lagi sehingga tidak mempercayai institusi dimana novel menimba ilmunya ?

“Informasi-informasi yang dianggap penting oleh saudara Novel hendaknya disampaikan kepada penyidik, supaya tidak terjadi sebuah tendensi atau tudingan,” ujar Kombes Pol Martinus Sitompul, dikutip dari Tribunnews.com.Agen Togel Online Terpercaya

Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian sebelumnya mengatakan bahwa Polri berusaha keras untuk menangkap pelaku teror terhadap Novel Baswedan. Bahkan, Tito menyebut ada kemungkinan keterlibatan Miryam S Haryani, anggota Komisi II DPR periode 2009-2014 yang saat ini terlibat kasus e-KTP.

Melihat kinerja Tito Karnavian sebagai Kapolri rasanya tidak mungkin Tito menutupi apabila seorang jenderal polisi terlibat dalam kasus penyiraman air keras kepada Novel. Track record seorang Tito seharusnya membuat Novel bisa mempercayakan informasi yang disimpannya untuk disampaikan langsung kepada Tito Karnavian.

Buat apa harus menunggu dibentuknya TGPF ? Ini menunjukkan bahwa seorang Novel tidak mempercayai kinerja Kepolisian Republik Indonesia lagi. Bahkan bahasa TGPF ini sampai memancing anggota DPR untuk berkicau.

“Kalau saya melihat bahwa dari dulu saya sampaikan untuk kasus Novel rasanya Presiden harus membuat TPF. Tapi saya lihat sampai saat ini belum (ada TPF),” kata Wakil Ketua DPR Agus Hermanto kepada wartawan di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (31/7/2017).

Menurut Agus, seharusnya pemerintah membentuk TPF sejak awal ada kasus itu. TPF dipandang Agus dapat mengetahui proses penanganan perkara Novel.

“Karena TPF ini melibatkan intelijen yang hebat, bukan kita mengecilkan atau mengurangi arti kepolisian. Kepolisian sudah bekerja dengan bagus. Tapi ini memang persoalan jauh lebih kompleks, harus ditangani secara komprehensif,” tuturnya.

Nah, akan menjadi lelucon apabila pada setiap kasus di negeri ini sedikit-sedikit harus dibentuk TGPF. Bukan tidak mungkin kasus e-ktp juga harus dibentuk TGPF. Kasus Hambalang juga harus dibentuk TGPF. Bahkan kasus buang angin pun harus dibentuk TGPF.Agen Bettingan Online Terpercaya

Seharusnya Novel bisa lebih mempercayakan kasusnya kepada Kepolisian tanpa harus menunggu dibentuknya TGPF. Memang benar buat apa menunjukkan sketsa kepada Novel, toh juga Novel tidak mampu melihat sketsa tersebut saat ini sebab mata kiri mengalami kerusakan sampai 97 persen sedangkan mata kanan 60 persen.

Bahkan kasus Novel mendapat perhatian serius dari seorang Presiden Indonesia. Presiden Joko Widodo memanggil Kapolri Jenderal Tito Karnavian terkait teror terhadap penyidik KPK Novel Baswedan. Novel sendiri tidak yakin pemanggilan itu akan berdampak besar pada pengusutan kasusnya.

“Ya, saya melihat itu sebagai hal positif walaupun saya tidak yakin, kenapa? Saya khawatir juga Pak Kapolri diberi masukan yang palsu dari anak buah,” kata Novel saat Blak-blakan bersama detikcom di Singapura, Minggu (30/7/2017).

Nah, bahkan sampai Presiden Jokowi memanggil Tito menghadap untuk menjelaskan kasus Novel, Novel sendiri tidak mempercayai dan tidak yakin akan berdampak pada kasusnya. Lalu, pada siapa Novel bisa percaya di negeri Indonesia ini ? JACKPOT Ratusan Juta

Novel menduga hal-hal yang akan dibahas Presiden Jokowi dan Kapolri sebatas hal-hal formal, termasuk soal saksi-saksi yang telah diperiksa namun memiliki alibi. Padahal, menurut Novel, alibi-alibi itu mudah sekali dibuat.

“Yang dilaporkan adalah, oh telah diperiksa saksi-saksi, oh ini telah ada alibi dan lain-lain. Apa sulitnya membuat alibi-alibi begitu, toh juga fakta-fakta yang diungkap itu, yang saya contohkan tadi, salah satu adalah fakta yang menurut saya adalah pengelabuan, itu fakta yang nggak benar,” ucapnya.

Pernyataan Novel ini sedikit menunjukkan keraguan akan kualitas kinerja KPK dan Kepolisian. Ini menyatakan bahwa alibi-alibi itu mudah sekali dibuat. Berarti banyak kasus yang bisa direkayasa. Apakah kasus e-ktp juga mudah sekali dibuat alibi nya ??

Share this:

Posting Komentar

 
Copyright © siaranindoonesia. Designed by OddThemes
site hit counter