Jakarta, SiaranIndonesia -- Menteri Hukum dan HAM menyayangkan soal minimnya perhatian orang tua kepada anaknya hanya karena alasan kebutuhan ekonomi. Alhasil, anak-anak bisa melakukan tindak pidana. POKER ONLINE TERPERCAYA"Pada saat anak tidak menemukan, mendapatkan perhatian dan kasih sayang orang tua, atau orang tua yang sibuk oleh karena tekanan ekonomi, harus meninggalkan anak-anaknya tanpa bimbingan yang cukup," tutur dia, dalam sambutan acara Family and Society Gathering bertajuk "Tetap Ceria Meraih Asa", di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Tangerang, Selasa (17/4).
Gelaran itu sendiri melibatkan sebanyak 32 Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) di seluruh Indonesia. Komunikasi dilakukan melalui video konferensi.
Selain itu, Yasonna menyebut masih banyak penegak hukum yang tidak menjalankan tugasnya sesuai dengan peradilan pidana terhadap anak. TOGEL ONLINE TERPERCAYAMenurutnya, penegakan hukum mengedepankan asas kepentingan anak, bersifat non-diskriminatif, memperhatikan kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak, serta menghargai pendapat anak.
"Kementerian Hukum dan HAM sebagai bagian dari sistem peradilan pidana terpadu meminta kepada seluruh jajaran penegak hukum untuk bergandengan tangan, agar ketentuan Undang-Undang tentang peradilan anak bisa benar-benar kita laksanakan secara baik," ujarnya.Kegiatan ini juga diisi dengan pemecahan rekor MURI berupa ritual membasuh kaki orang tua secara serentak. Pesertanya adalah 100 anak didik atau penghuni LPKA. Hampir semua anak dan ibu meneteskan air mata ketika prosesi ini berlangsung. PROMO DEPOSIT HARIAN"Saya perasaannya tentu terharu, dan ada senangnya, dengan acara ini juga bisa bertemu langsung dengan ibu-ibu lain," kata seorang ibu dari anak didik LPKA Tangerang, Rita (49).
Anak-anak didik itu pun melukis sebuah gambar besar secara bersama-sama. Yasonna menggoreskan cat pertama pada gambar tersebut.Di samping itu, anak-anak itu menampilkan berbagai pertunjukan, seperti menyanyi dan bermain alat musik. (arh)
Posting Komentar