Makin Pesimis, BI Ramal Kredit Hanya Mampu Tumbuh 8 Persen



Jakarta, SiaranIndoonesia Bank Indonesia (BI) kembali pesimis dengan pertumbuhan kredit sampai akhir tahun ini. Walhasil, BI memperkirakan, pertumbuhan kredit hingga akhir tahun hanya akan mencapai batas bawah pertumbuhan kredit yang sebelumnya diperkirakan ada di kisaran 8-10 persen. 

BI sebelumnya meramal pertumbuhan listrik ada di kisaran 10-12 persen. Namun, melihat kondisi kredit yang lesu ditengah tahun, BI kemudian memangkas pertumbuhan kreditnya menjadi 8-10 persen. 

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, sikap ini diambil lantaran capaian pertumbuhan kredit sampai September lalu baru 7,86 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Padahal, capaian tersebut sebenarnya menunjukkan peningkatan dibandingkan Agustus yang sempat menurun. 


"Mungkin realisasinya akan ada di kisaran bawah dari target yang BI sampaikan, yaitu 8-10 persen. Jadi BI ada di sekitar 8 persen," ucap Agus dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Kamis (16/11).

Selain itu, Agus melihat dari sisi permintaan dan penawaran kredit memang belum benar-benar pulih. Dari permintaan, secara umum para perusahaan masih berada dalam tahap konsolidasi. 

Adapun tahap konsolidasi ini dilakukan dengan cara mengendalikan berbagai biaya operasional hingga mempertimbangkan pengambilan kredit baru. "Makanya sekarang ini mereka belum ajukan permintaan," imbuh Agus. 

Sementara dari sisi penawaran, tak berbeda dari perusahaan, bank juga masih berada di tahap konsolidasi, terutama untuk merestrukturisasi kredit macet dan menjaga rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL). 

Tercatat, NPL gross September 2017 sebesar 2,9 persen. Sedangkan NPL net pada bulan yang sama sebesar 1,3 persen. 

"Jadi faktor permintaan dan penawaran ini berdampak pada pertumbuhan kredit yang masih lemah," tekannya. 

Ke depan, BI berharap intermediasi perbankan bisa lebih baik, sehingga membuat pertumbuhan kredit terangkat. BI pun menurut dia, telah berupaya mendorong pertumbuhan kredit dengan pelonggaran kebijakan moneter berupa penurunan suku bunga acuan BI (7 Days Reverse Repo Rate/7DRRR).

Seiring lambatnya pertumbuhan kredit, Deputi Gubernur BI Mirza Adityaswara menyebut, BI kembali menetapkan tambahan modal penyangga (Countercyclical Capital Buffer/CCB) yang dikaji ulang setiap enam bulan sekali berada di angka nol persen. 

"Kalau ekonomi sedang naik, maka CCB akan dinaikkan. CCB merupakan makroprudensial yang kembali ditetapkan BI sebesar nol persen. Artinya, ini memfasilitasi pertumbuhan kredit untuk perbankan," kata Mirza.


Share this:

Posting Komentar

 
Copyright © siaranindoonesia. Designed by OddThemes
site hit counter