Berhak Dapat Akses Kerja, Kaum Difabel Minta Ini ke Pemerintah

Berhak Dapat Akses Kerja, Kaum Difabel Minta Ini ke Pemerintah


Berhak Dapat Akses Kerja, Kaum Difabel Minta Ini ke Pemerintah - Dua penyandang difabel (tuna daksa) Suwarji dan Supono Duta berkesempatan berbicara dengan Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri. Keduanya meminta mulai dari akses pelatihan keterampilan dan perluasan kesempatan kerja bagi difabel.

Dalam keterangan tertulis dari Kemnaker, Rabu (8/11/2017), permintaan itu diutarakan saat Suwarji dan Supono bertemu Hanif di Rumah Bloger Indonesia (RBI), kawasan Jajar, Solo, Jawa Tengah, Selasa (7/11/2017). Hanif, Suwarji, dan Supono bertemu santai sambil menikmati hidangan ala angkringan.  AGEN POKER INDONESIA TERBESAR

"Kami punya potensi. Kami juga bekerja. Kami berharap pemerintah memberikan akses pelatihan ketrampilan kerja," kata Suwarji yang setiap hari bekerja di sebuah tailor jas.

Selain pelatihan, pemerintah juga diharapkan memberikan akses permodalan dan bantuan alat kerja. Alasannya, dengan keterbatasan fisik banyak kaum difabel yang lebih nyaman bekerja secara mandiri.

Tentang jenis pelatihan apa yang paling dibutuhkan para difabel di Solo? Suwarji menyebut pelatihan menjahit, IT atau programmer.   AGEN CASINO TERBAIK

Lain halnya masukan dari Aprilian Bima, mahasiswa Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Solo yang juga penderita tuna rungu. Dia dan beberapa rekannya ingin mendapatkan pelatihan keterampilan membuka kafe.

Atas masukan Suwarji, Hanif menyatakan akan menjadikannya sebagai masukan penting dalam pengembangan Balai Latihan Kerja (BLK).

"Karena teman-teman difabel juga berhak mendapatkan akses untuk meningkatkan keterampilan serta mendapatkan pekerjaan yang baik," kata Hanif yang mengenakan sarung biru dipadu kemeja putih dan bersandal jepit ini.  AGEN BOLA TERPERCAYA 

Sedangkan atas keinginan Bima, Hanif menawarkan pelatihan barista kepada para penyandang tuna rungu. "Kemnaker punya program pelatihan barista dan pelatihan keterampilan lain untuk memperluas kesempatan kerja," ucap Hanif.

Melalui bantuan penterjemah bahasa isyarat, Bima girang dengan tawaran tersebut. "Iya kami mau mengikuti pelatihan menjadi barista," kata Bima dengan bahasa isyarat.

Keinginan tersebut sejalan dengan rencana Bima yang juga sebagai Ketua Gerakan Kesejahteraan untuk Tuna Rung Indonesia (Gerkatin) Solo yang sedang getol menyosialisasikan Bahasa Isyarat Indonesia (Basindo) kepada masyarakat sebagai bahasa komunikasi. Di kafe itu, mereka akan mensosialisasikan Basindo.

Lain halnya masukan dari Aprilian Bima, mahasiswa Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Solo yang juga penderita tuna rungu. Dia dan beberapa rekannya ingin mendapatkan pelatihan keterampilan membuka kafe.

Atas masukan Suwarji, Hanif menyatakan akan menjadikannya sebagai masukan penting dalam pengembangan Balai Latihan Kerja (BLK).

"Karena teman-teman difabel juga berhak mendapatkan akses untuk meningkatkan keterampilan serta mendapatkan pekerjaan yang baik," kata Hanif yang mengenakan sarung biru dipadu kemeja putih dan bersandal jepit ini.

Sedangkan atas keinginan Bima, Hanif menawarkan pelatihan barista kepada para penyandang tuna rungu. "Kemnaker punya program pelatihan barista dan pelatihan keterampilan lain untuk memperluas kesempatan kerja," ucap Hanif.

Melalui bantuan penterjemah bahasa isyarat, Bima girang dengan tawaran tersebut. "Iya kami mau mengikuti pelatihan menjadi barista," kata Bima dengan bahasa isyarat.

Keinginan tersebut sejalan dengan rencana Bima yang juga sebagai Ketua Gerakan Kesejahteraan untuk Tuna Rung Indonesia (Gerkatin) Solo yang sedang getol menyosialisasikan Bahasa Isyarat Indonesia (Basindo) kepada masyarakat sebagai bahasa komunikasi. Di kafe itu, mereka akan mensosialisasikan Basindo.

Di pengujung perbincangan, Hanif menyempatkan belajar bahasa isyarat kepada Bima, lalu foto bersama.

Share this:

Posting Komentar

 
Copyright © siaranindoonesia. Designed by OddThemes
site hit counter