Alasan Letusan Gunung Berapi Sulit Diprediksi

Alasan Letusan Gunung Berapi Sulit Diprediksi


Jakarta, Siaran Indoonesia -- Memprediksi waktu gunung berapi meletus hingga kini belum dapat dilakukan. Selain tergolong susah, ahli vulkanologi dari Michigan Technological University, Simon Carn mengakui tidak bisa secara persis memperkirakan kapan satu gunung berapi akan meletus.

"Sulit untuk memprediksi letusan gunung berapi. Sulit juga untuk memperkirakan bagaimana letusan berikutnya akan berkembang," ungkap Carn seperti diberitakan Popsci.

Ia mengatakan vulkanolog akan fokus mempelajari berdasarkan pengamatan aktivitas gunung berapi dan melakukan analisis terhadap apa saja yang sudah terjadi. Selanjutnya, hasil analisis akan digunakan untuk menjadi bekal memprediksi apa yang akan terjadi pada gunung berapi.
AGEN TOGEL TERPERCAYA

Menurutnya, memprediksi kapan letusan gunung berapi sama sulitnya seperti memperkirakan kapan akan terjadi gempa bumi. Sejauh ini, ia menganggap nayaris tidak mungkin memperkirakan kejadian fenomena alam. JP PAUS MEMBER

Memperkirakan fenomena gunung berapi menurutnya berbeda dengan membaca mengatami perubahan cuaca yang bisa diamati menggunakan satelit dan teknologi lainnya. Sementara prediksi gunung berapi hanya bisa dilihat dari dinamika di dalam perut gunung itu sendiri.

Disamping itu, perkiraan juga hanya bisa dilakukan berdasarkan data material letusan yang sempat terjadi di masa lalu yang dikolaborasikan dengan data pengamatan langsung. Endapan abu dan sisa lumpur kerap mengindikasikan pola erupsi pada letusan sebelumnya.

Merunut pada ledakan Gunung Agung, Carn mengakui jika itu menjadi fenomena berbahaya, sekaligus menarik untuk diamati. 

Alasan Letusan Gunung Berapi Sulit Diprediksi

"Bahkan, sekarang soal Gunung Agung kami tidak tahu apakah, itu (letusan) akan menjadi lebih besar, atau akan mereda. Susah mengukur berapa banyak magma di dalam Gunung Agung," jelas Carn.

Meski belum ada teknologi untk memantau dinamika di dalam gunung berapi, ia menyebut vulkanolog bisa mendeteksi dari tanda-tanda potensi letusan berupa gempa atau getaran. Aktivitas seismik ini menjadi penerjemahan dari magma di bawah permukaan Bumi yang jumlahnya terus meningkat.

Disamping melalui aktivitas seismik, Carn berharap teknologi GPS bisa dipakai untuk mengukur jumlah lapisan atas gunung berapi yang menonjol saat magma hendak keluar dari dalam perut Bumi.

Carn sendiri mengaku menggunakan pemetaan satelit untuk mengamati dinamika Gunung Agung. Pengukuran ini menurutnya bisa melihat jumlah gas dan material yang keluar.

"Pengukuran satelit potensial memberi peringatan yang lebih maju sebuah letusan, jika Anda bisa melihat karbon dioksida keluar dari magma sebelum itu dirilis ke permukaan gunung api," jelasnya seperti mengutip Popsci. AGEN POKER TERPERCAYA

Namun, salah satu kekurangan pengamatan satelit yakni ketidakmampuannya memberikan perungatan secara realtime. Analisis hasil pengamatan satelit butuh waktu untuk melihat potensi letusan gunung berapi. 

Share this:

Posting Komentar

 
Copyright © siaranindoonesia. Designed by OddThemes
site hit counter