MUSUH DI DALAM SELIMUT MENYUSUN TAKTIK, JOKOWI WASPADA !!! - Perselisihan antara fraksi di DPR bukanlah pemandangan yang baru kita saksikan. Kali ini perselisihan terjadi saat membahas tentang pengesahan RUU Pemilu. Karena merasa tak terima dengan hasil keputusan sidang, empat fraksi di DPR akhirnya memilih untuk walk out.
Setelah diwarnai aksi walk out dari Fraksi Gerindra, PAN, Demokrat dan PKS, Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Pemilu akhirnya resmi disahkan dalam rapat paripurna di Gedung DPR. Paripurna memutuskan RUU Pemilu dengan presidential threshold 20 persen secara aklamasi.
Dari keempat nama fraksi, PAN menjadi satu-satunya partai pendukung pemerintahan yang ikut walk out. Bukan tanpa alasan, sikap yang diambil oleh Zulkifli Hasan cs diduga kuat sangat dipengaruhi oleh Amien Rais yang selama ini selalu berseberangan dengan pemerintah. Meski secara dukungan PAN berada dikubu pemerintahan, tapi tidak serta merta sikap yang ditunjukkan oleh PAN mendukung penuh pemerintah.Agen Togel Online Terpercaya
Sejak awal PAN bergabung dengan pemerintahan, sebenarnya sudah terjadi konflik internal di kubu mereka. Dari kabar yang beredar, Amien Rais sangat marah kepada Zulkifli atas keputusan yang diambil untuk bergabung dengan pemerintah. Dan itulah sebabnya, pada setiap kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah, tidak selalu seirama dengan sikap PAN.
Ditubuh PAN sendiri, bayang-bayang Amien Rais masih cukup kuat pengaruhnya, sehingga Zulkifli sendiri pun tidak bisa berbuat banyak. Tentu kita masih ingat, sejak pertama kali terpilihnya Zulkifli sebagai Ketua Umum PAN, hal itu tak lepas dari tangan dingin Amien Rais. Karena rasa hutang budi inilah, yang mengharuskan Zulkifli untuk selalu setia pada Amien Rais.
Seperti musuh dalam sempak, tak terlihat, tapi keberadaannya dapat menjadi ancaman berbahaya dari dalam tubuh pemerintahan sendiri. Dan hal inilah yang harus diwaspadai oleh Presiden Jokowi dalam memilih teman.
Dengan sikap walk out yang ditunjukkan oleh PAN, itu artinya secara gamblang sudah menunjakkan kemana arah politik PAN bermuara. Kalau selama ini yang kita lihat peta politik PAN terlihat masih samar-samar, pertunjukkan yang dipertontonkan oleh PAN kemarin sudah cukup menjelaskan, dimana posisi PAN berada. Meski hal itu sendiri dibantah secara langsung oleh Zulkifli.
Zulkifli menyebut, ketidakhadiran PAN dalam pembahasan RUU Pemilu karena PAN absen, bukan walk out.
Jauh lebih lanjut, Jokowi harus menangkap dengan serius sinyal yang ditunjukkan oleh PAN. Jokowi harus belajar banyak dari kekalahan Ahok di pilgub DKI kemarin.
Banyak orang berpikir dan menganalisis politik bukan berdasarkan faktor-faktor politik, melainkan dengan apa yang mereka inginkan. Sehingga kebanyakan orang terpaksa gigit jempol kaki begitu yang dipikirkan dan diinginkan tidak terjadi.Agen Bettingan Online Terpercaya
Salah satu kekeliruan itu adalah analisis bahwa setiap Presiden (juga Gubernur dan Bupati/Walikota) yang berprestasi dengan otomatis akan menjabat lagi jika berlaga.
Di Indonesia, prestasi seorang pejabat publik tidak selalu berhubungan dengan keberlanjutan jabatannya. Faktor yang lebih dominan adalah politik itu sendiri. Suharto berkali-kali menjabat sebagai Presiden bukan karena prestasinya. SBY menjabat Presiden untuk kedua kalinya, juga bukan karena prestasi yang diraihnya saat menunaikan jabatan tersebut sebelumnya.
Sebaliknya, pejabat publik tertendang dari kursi jabatannya juga bukan karena dia tidak berprestasi. Ahok, dengan segala kontroversinya, kalah dalam laga Pilgub DKI. Padahal dia relatif berprestasi. Sri Mulyani dipaksa hengkang dari jabatan Menteri Keuangan di era SBY juga bukan karena dia tidak berprestasi.
Sehingga, Jokowi harus mengambil sikap tegas. Kalau ini adalah sebuah ancaman yang kapan saja bisa menghancurkan Jokowi, maka ancaman tersebut harus segera diantisipasi.
Beda Zulkifli, beda pula dengan Prabowo. Jika Zulkifli terlihat samar-samar dalam mengambil keputusan, maka Prabowo dengan lantang menolak RUU yang sudah disahkan kemarin. Posisi Prabowo sebagai oposisi pemerintahan jauh lebih bebas langkah geraknya dibandingkan Zulkifli.
Prabowo sempat marah menanggapi keputusan tersebut, ia menyatakan PT 20 persen hanya lelucon politik. Namun hal itu ditampik dengan santai oleh Jokowi. Pada tahun 2009 dan 2014 lalu hal ini juga pernah terjadi, kenapa sekarang diributkan, ujar Jokowi. JACKPOT RATUSAN JUTA
Jokowi sendiri sangat mendukung dengan adanya PT 20 persen, harapannya Pemilu berjalan hanya satu putaran, sehingga gejolak politik yang timbul bisa lebih diminimalisir. Jauh daripada itu, negara lebih diuntungkan dalam hal ini, mengingat besarnya budget untuk satu putaran Pemilu mencapai hingga 4 triliun rupiah.
Namun, apa boleh buat, keputusan sidang pembahasan RUU Pemilu tidak sesuai harapan Prabowo. Dengan lahirnya PT 20 persen, itu artinya Prabowo harus berjuang lebih keras lagi untuk mendapatkan dukungan dari partai lain, sebagaimana kita tahu, jumlah kursi Gerindra di DPR pada pemilu 2014 lalu sangat jauh dari angka 20 persen.
Prabowo sebenarnya cukup paham dan tahu jika mekanisme penetapan RUU Pemilu tidak ada yang salah. Ia hanya ingin memunculkan opini publik bahwa dia telah dizolimi dengan hadirnya PT 20 persen tersebut. Bagi pendukung Prabowo, tentu mereka sangat membela keputusan itu dan menganggap ini hanya akal-akalan pemerintah saja.
Prabowo harus menerima kenyataan itu. Kondisi inilah yang memaksanya untuk merapat pada SBY. Harapannya dukungan dari SBY mampu membawanya dalam pencapresan di 2019 mendatang. Prabowo yang sedari awal enggan untuk berkoalisi, mau tidak mau ia harus bermesraan dengan SBY.
Posting Komentar