SiaranIndonesia- Kandidat kuat 2019 siapa menurut Anda? Pertanyaan itu mulai dibahas, digunjingkan, diutak-atik. Ini memang topik menarik. Tak hanya itu saja, siapa pasangan masing-masing kandidat RI tersebut juga mulai ditelaah dan dikira-kira. Pasangan calon terkuat pun mulai diraba dan digadang-gadangkan.
Masing-masing pengamat punya amatan sendiri-sendiri. Masing-masing partai tentu juga punya taktik dan jagoannya masing-masing. Orang awam pun sama, pasti mereka punya selera masing-masing memunculkan calon, lalu memasangkan dengan siapa saja yang mereka mau. Amat menarik.
Memahami peta politik pemilu 2019 tak semudah menggoreng telor mata sapi. Tetapi juga, tak sesulit mencukur bulu sapi. Mari kita coba telaah secara sederhana dan ‘sesuka’ hati kita mengenai hal itu. Saya juga punya telaah sendiri mengenai kandidat pasangan capres-cawapres. Bagimana mencermati itu? Begini.
Kita terlebih dahulu harus lihat hasil perolehan kursi masing-masing partai berdasarkan hasil akhir penetapan KPU pada Pemilu 2014 yang lalu. Ini titik berangkatnya.
1. PDI Perjuangan 109 kursi (19,5 persen). 2. Partai Golkar 91 kursi (16,3 persen). 3. Partai Gerindra 73 kursi (13 persen). 4. Partai Demokrat 61 kursi (10,9 persen). 5. Partai Amanat Nasional 49 kursi (8,8 persen). 6. Partai Kebangkitan Bangsa 47 kursi (8,4 persen). Partai Keadilan Sejahtera 40 kursi (7,1 persen). 8. Partai Persatuan Pembangunan 39 kursi (7 persen). 9. Partai Nasdem 35 kursi (6,3 persen). 10.Partai Hanura 16 kursi (2,9 persen). Total kursi di DPR: 560
Lalu mari kita lihat hasil perolehan suara partai-partai politik yang lolos ke DPR (secara nasional), berdasar penetapan KPU pada Pemilu 2014 yang lalu. 1. PDIP 23.673.018 suara. 2. Partai Golkar 18.424.715 suara. 3. Partai Gerindra 14.750.043 suara. 4. Partai Demokrat 12.724.509 suara. 5. PKB 11.292.151 suara. 6. PAN 9.459.415 suara. 7. PKS 8.455.614 suara. 8. Partai Nasdem 8.412.949 suara.PPP 8.152.957 suara. 10. Partai Hanura 6.575.391 suara. Yang tidak lolos ke DPR adalah PBB dengan hanya 1.822.908 suara, dan PKPI dengan 1.142.067 suara. Total suara sah: 124.885.737
Sebetulnya saat ini ada dua partai yang namanya mulai dikenal dan kemungkinan dapat menarik massa pendukung lumayan banyak, mereka itu adalah Partai PERINDO besutan Hari Tanoe, dan PSI dengan bintangnya, politisi muda Tsamara Amany. Tetapi sayang, dua partai ini belum bisa atau belum dimungkinkan untuk berkompetisi secara maksimal.
Melihat peta politik dan bagaimana partai-partai berkoalisi, maka dapat mulai disimpulkan kemana arah dukungan masing-masing partai. Jokowi sebagai petahana sampai saat ini masih didukung oleh 7 partai (pendukung pemerintah) yaitu PDIP, Golkar, Hanura, Nasdem, PPP, PKB, dan PAN (sampai saat ini PAN belum menarik dukungan).
Jadi, jumlah total perolehan kursi mereka adalah 386 suara (68.93%) dari total 560 kursi di DPR. Ini jelas sudah melebihi ambang batas bawa 20% kursi DPR. Tarulah PAN akhirnya ‘berkhianat’ dan angkat kaki, seperti gelagat mereka akhir-akhir ini, itu tidak merubah konstelasi. Kecuali bila Golkar ikut-ikutan menarik dukungan. Gawat itu.
Bila ditilik dari jumlah perolehan suara secara nasional pun dari total suara 7 partai pendukung pemerintah (Jokowi) itu, maka diperolehlah total suara 85.990.596 suara (68,85 persen) dari total 124.885.737 suara. Ini juga sudah pasti melebihi syarat 25 persen suara sah secara nasional. Tarulah PAN menarik diri, itu tidak ada efeknya sama sekali, karena suara mereka secara nasional ‘hanya’ berjumlah 9.459.415 suara. Tidak signifikan. Jokowi aman.
Sekarang kita ‘raba’ siapa pasangan Jokowi yang akan diusung. Ini tentu menarik disimak. Partai-partai pendukung pemerintah dengan perolehan suara besar niscaya akan berupaya menyodorkan nama. Di bawah PDIP ada Golkar di urutan nomor dua dengan 91 kursi dan nomor tiga PKB dengan 47 kursi.
Tetapi melihat kader-kader dari dua partai ini, rasanya belum ada yang pas, serta punya ‘nilai jual’ yang dapat dipasangkan dengan Jokowi. Masak mau disandingkan dengan Setya Novanto (Golkar) yang bermasalah itu. Tidak mungkin. Jadi kemungkinan besar partai-partai pendukung Jokowi ini akan ‘meminang’ orang lain di luar kader partai. Siapa saja nama-nama itu? Ada beberapa nama yang rasanya pas dan sangat kaliber untuk dipasangkan (dengan Jokowi).
Jokowi – Ahok. Dua nama ini sudah santer digadang-gadangkan kembali. Duet maut dan dahsyat Jokowi – Ahok sudah menjadi bahan pembicaraan dimana-mana. Mulai dari istana bisnis paling kuat di negeri ini, sampai kedai-kedai rumah kopi kecil di pelosok negeri. Tetapi paket ini masih ditahan=tahan dulu, dan masih misterius oleh karena Ahok masih sementara ‘dimurnikan’ dan digembleng melalu proses penahanan yang harus ia lalui.
Tetapi, dukungan kuat pada paket Jokowi – Ahok ini sudah dapat Anda lihat dan rasakan di akar rumput. Di sosial media pun sama. Ada jutaan member atau anggota grup-grup pendukung duet Jokowi – Ahok, kalau ditotal dan disatupadukan semuanya.
Jokowi – Susi Pudjiastuti. Ini juga adalah pasangan maut yang tak bisa dianggap enteng. Dukungan sudah mulai mengalir untuk menyandingkan Presiden ‘bertangan dingin’ Jokowi, yang sanggup menyelesaikan masalah dengan senyuman dan anggukan kepala, dan menteri ‘bertangan panas’ Susi Pudjiastuti yang punya dedikasi amat memikat, yang sanggup meneggelamkan kapal dalam sekali perintah.
Pasangan Jokowi – Susi memang patut dipertimbangkan dan diperhitungkan. Kombinasi dua pemimpin paling ‘sukses’ dalam pemerintahan Indonesia saat ini. Melihat sepak terjang kedua orang ini, rasanya tidak berlebihan bila kita ikut mendorong partai pendukung untuk mulai ‘mendekati’ Ibu Susi. Lalu pinang pada saat yang tepat, sebelum ada yang mendahului.
Jokowi – Gatot Nurmantyo. Kemungkinan Jokowi berpasangan dengan militer sangat terbuka lebar. Apalagi, nama Gatot sudah tidak asing lagi, dan dia juga cukup populer. Cukup dekat dengan Jokowi. Kekuatan militer di belakang Gatot juga harus diperhitungkan. Bahkan dari kalangan yang berseberangan dengan Jokowi, meskipun secara malu-malu kucing, nampaknya mereka terpesona dengan kinerja Gatot dan mulai ‘jatuh cinta’ pada pandangan ke sekian kalinya.
Saya rasa, masih banyak pihak yang beranggapan bahwa Jokowi berpasangan dengan wapres dari kalangan militer adalah yang paling pas, untuk situasi dan kondisi politik yang tidak menentu. Pendapat itu tentu tak menjadi soal, sah-sah saja. Jangan terabaikan.
Jokowi – Sri Mulyani. Opini menempatkan Sri Mulyani sebagai RI-2 juga tak kalah menarik. Bahwa Sri Mulyani bukan seorang politikus itu lain cerita. Tetapi melihat sepak terjang dan kinerja Sri Mulyani di World Bank, dan lalu sebagai menteri keuangan, tentu sosok ini sangat layak masuk bursa calon wapres.
Sri Mulyani tidak hanya dikenal dan diakui di Indonesia, dunia internasional pun sudah sangat tahu. Dia bahkan telah lebih dahulu mendapatkan perhatian dunia internasional dibanding politikus manapun di negeri ini, selain jokowi dan Ahok. Jadi Sri Mulyani pantas menjadi kandidat wapres, mendampingi Jokowi di tahun 2019.
Sebenarnya ada paket nomor 5) tetapi aroma maupun tampilannya kurang afdol. Paket ini bila terjadi, hanyalah sebagai jawaban untuk mengakomodir suara dan tuntutan partai saja, yaitu Jokowi – ‘Perwakilan Partai’, siapapun orangnya dan entah apapun partainya.
Itu lah menurut aaya empat paket capres – cawapres unggulan versi sendiri tentu saja, dan dari hasil pengamatan suara arus bawah. Paket empat sehat lima sempurna ini tinggal tunggu waktu untuk dideklarasikan salah satu dari emat atau lima paket itu. Entah paket nomor berapa yang unggul, kita lihat saja lobby-lobby politik dan tawar menawar yang akan terjadi beberapa bulan ke depan ini.
Lalu bagaimana dengan paket penantang Jokowi? Nah, ini jauh lebih menarik untuk dicermati.
Ada begitu banyak kemungkinan yang bisa terjadi. Partai-partai di luar partai pemerintah seperti Partai Gerindra, PKS, dan Partai Demokrat pasti akan mengusung capres-cawapres andalan mereka untuk menantang Jokowi. Mereka akan berusaha sekuat daya dan tenaga untuk mengalahkan Jokowi di 2019.
Mari kita selidiki dulu. Perolehan kursi Gerindra dengan73 kursi, lalu PKS 40 kursi. Demokrat dengan 61 kursi. Jadi total kursi adalah 174 (31,07%) dari total 560 kursi di DPR. Ini sudah memenuhi syarat 20 persen kursi DPR. Perolehan suara adalah Gerindra 14.750.043 suara, PKS: 8.455.614 suara, Demokrat: 12.724.509 suara. Total: 35.930.166 (28,77%) persen dari total 124.885.737 suara. Ini juga sama, telah memenuhi syarat 25 persen suara sah nasional. Kalau koalisi ini terjadi maka kemungkinan mereka akan menyusun paket “gemuk”. Bersatunya dua orang berbadan besar, demi melawan pasangan yang berbadan kurus, namun cakap bekerja.
Lalu siapakah mereka itu? Ada selintingan yang beredar bahwa kandidat itu adalah Prabowo – SBY. Meskipun sudah cukup santer, bagi saya ini paket aneh dan sedikit nggak masuk akal. Mana mungkin SBY mau turun derajat dari yang tadinya Presiden lalu sekarang mau maju lagi dan jadi wakil doang? No way. Kalau dibalik mungkin masih masuk akal, SBY Presidennya dan Prabowo harus puas sebagai wakil. Ini baru masuk akal. Tapi apa Prabowo mau hanya wakil doang? Ha ha ha……
Jadi paket ini rasanya terlalu prematur. Mungkin kalau mau, persiapkan saja AHY (Agus) dari sekarang, lalu dia jadi kandidat kuat wakilnya Prabowo. Timbul masalah lain. Pasti banyak yang nggak terlalu suka kalau dua-duanya Presiden dan Wapres adalah dari kalangan militer. Bisa-bisa berperang terus kita ini. Tapi ya kita asumsikan saja seperti itu. Maka lawan terberat Jokowi adalah pasangan Prabowo – SBY atau Prabowo – AHY.
Gerindra memang harus bekerja keras, begitu juga Demokrat. Tidak ada satu partaipun yang dapat maju tanpa berkoalisi. Dengan demikian, bargaining capres – cawapres akan semakin ketat..
Apakah ada kemungkinan Prabowo menggandeng orang-orang di luar partai? Bisa saja. Pertanyaannya, siapa yang akan dia gandeng? Apakah dia nantinya akan menggandeng Anies umpamanya. Pasti melempem dan mati suri paket ini.
Lalu bagaimana dengan Prabowo – Rizieq? Ini lebih hancur lagi. Dunia sudah mau kiamat kalau sampai hal ini terjadi. Terus, kalau Prabowo – Fadli Zon? Bisa gawat negeri ini, pembangunan akan semakin licin karena semakin banyak korupsi semakin banyak pembangunan. Korupsi adalah oli pembangunan akan jadi slogan pamungkas cawapres ha ha ha. Nominasi lainnya adalah Prabowo – HT. Ini kuat, asal HT nggak keburu tamat. Atau, Prabowo – Fahri? Idih, nggak usah kalian pikirkan, saya juga langsung mual memikirkan kalau sampai hal itu terjadi. Nulis begini aja sudah hampir muntah saya, nggak usaha dilanjutin kemungkinan itu.
Apapun paket yang hendak ditampilkan untuk mengalahkan Jokowi, maka mereka harus berjuang sangat keras. Karena, kawan saya malah pernah bilang, seperti yang pernah dia bilang bertahun-tahun yang lalu, yaitu jangankan berpasangan dengan orang, berpasangan dengan daun saja Jokowi masih tetap bisa menang.
Apalagi kalau sudah dipasangkan dengan Ahok, Susi, Gatot, atau Sri Mulyani. Pasti dahsyat cetar membahana outputnya. Bagaimana menurut Anda? Siapa calon pasangan Jokowi yang paling pas menurut Anda, dan kemungkinan pasangan lawan terberat Jokowi itu siapa?
Posting Komentar