SKETSA WAJAH PELAKU PENYIRAMAN AIR KERAS TERHADAP NOVEL BASWEDAN - Kasus penyiraman air keras ke Novel Baswedan belum menemui titik terang. Polri telah bekerja ekstra untuk mengungkap pelaku penyiraman, namun belum membuahkan hasil maksimal. Kini tibalah kita pada tahapan menuju klimaks dari drama penyiraman air keras ke Novel Baswedan. Sketsa wajah yang sudah dikantongi Polri menjadi titik permulaan yang mengarah kepada pengungkapan pelaku penyiram air keras ke Novel Baswedan.
Besar harapan, upaya yang telah dilakukan Polri bisa membuka tabir kegelapan, pelaku ditangkap dan dapat mengendus otak intelektual dibalik aksi penyerangan terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan. Jika Polri berhasil mengungkap kasus ini maka, tidak menutup kemungkinan deretan teror yang selama ini ditujukan kepada, Komisi Pemberantasan Korups (KPK) dapat dilacak.
Sketsa wajah yang diduga pelaku penyiram air keras ke Novel Baswedan diperloleh melalui jalan panjang dan berliku, berdasarkan berita yang sempat disadap penulis melalui salah satu chanel TV swasta dilukiskan bahwa, Polri telah memeriksa 56 saksi dan 36 CCTV, namun belum bisa menemukan dan memastikan siapa pelaku dan otak dibalik aksi penyiraman air keras ke Novel Baswedan.Agen Togel Online Terpercaya
Sementara dalam rentang waktu yang relatif singkat Polri didesak untuk segera mengungkap pelaku penyerangan terhadap Novel Baswedan. Tuntutan publik tidak segera dipenuhi Polri, lantaran ada sejulah kendala yang menghambat kerja-kerja Polisi. Mulai dari saksi yang minim, sidik jari yang tidak bisa dibaca hingga minimnya informasi tentang kejadian yang menimpa Novel Baswedan.
Polisi membutuhkan waktu 3 (tiga) bulan lebih untuk merilis sketsa wajah terduga penyiram air keras ke Novel Baswedan. Kepala Polri Jenderal Pol Tito Karnavian merilis sketsa wajah dan ciri-ciri pria yang diduga pelaku penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan. Ciri-ciri pelaku, yakni tinggi badan antara 167 cm sampai 170 cm, kulit agak hitam, rambut keriting dan badan ramping. Foto dan ciri-ciri tersebut diungkapkan Tito dalam jumpa pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (31/7/2017) sore. (Kompas.com)
Menurut pengakuan Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan sketsa yang selesai dibuat dua hari lalu itu didapat setelah mendengar keterangan seorang saksi yang melihat terduga sebelum peristiwa terjadi. “Diduga dia adalah pengendara sepeda motor penyerang, kata Tito. (Tempo.com)
Dirilisnya sketsa wajah yang diduga penyiram air keras ke Novel Baswedan oleh Polri beberapa waktu lalu, belum menunjukan titik terang, karena Polri masih mengalami kendala dalam mengungkap pelaku dibalik sketsa wajah dimaksud. Bahkan saat ini berkembang wacana pembentukan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) untuk mempercepat penyelesaian kasus penyerangan Novel Baswedan. Untuk itu kita diminta bersabar.
Konklusinya jelas bahwa, sketsa wajah yang berhasil dirilis Polri pada Senin (31/7/2017) sore belum menjadi petunjuk akhir dan titik final dari kasus penyerangan Novel Baswedan. Polri masih bekerja untuk mengungkap siapa pelaku dan otak dibalik aksi penyerangan ini. Profesional Polri sungguh dipertaruhkan dalam kasus ini. Untuk itu tidak dibenarkan kalau ada warga negara yang nyelonong mendahului pihak berwenang seperti Polri dalam mengungkapkan tentang siapa dan apa tentang pelaku penyiraman air keras ke Novel Baswedan.Agen Bettingan Online Terpercaya
Ironisnya, pasca Kapolri Jendral Pol Tito Karnavian merilis sketsa wajah dan ciri-ciri yang diduga penyiram air keras ke Novel Baswedan, ada oknum yang coba menggunakan sketsa wajah terduga penyiram air keras ke Novel Baswedan untuk menebak pelaku berdasarkan ciri-ciri fisik yang berhasil dirilis oleh Polri. Pada hal sampai detik ini pihak Polri yang dimandatkan oleh negara, belum berhasil mengungkap penyiram air keras ke Novel Baswedan.
Sketsa wajah terduga penyiram air keras ke Novel Baswedan disebut menyerupai salah satu suku di wilayah Indonesia Timur. Penulis prihatin atas kepicikan cara pandang orang-orang semacam ini. Aksi menebak pelaku dibalik sketsa wajah yang disandingkan dengan suku tertentu di wilayah Indonesia Timur, adalah bentuk kecelakaan cara berpikir, karena tuduhan semacam ini telah melampaui prinsip-prinsip hukum yang berlaku di Indonesia dan tidak menghormati etika asas praduga tak bersalah.
Atas tuduhan dimaksut, penulis menggugat logika dan cara berpikir si penuduh yang picik, karena sketsa wajah terduga penyiram air keras ke Novel Baswedan tidak valid, tidak berdasar dan mengada-ada. Ini adalah pernyataan premature hasil ejakulasi pikiran yang tidak matang dan asal-asalan.
Hemat penulis tebakan penuduh tentang sketsa wajah yang diduga pelaku penyiram air keras ke Novel Baswedan yang disandingkan dengan salah satu suku di wilayah Indonesia Timur adalah bentuk kejahatan, diskriminasi dan rasis. JACKPOT RATUSAN JUTA
Apa yang melatarbelakangi penuduh tersebut menebak sketsa wajah yang diduga penyiram air keras ke Novel Baswedan mirip dengan salah satu suku di wilayah Indonesia Timur?” Mengapa penuduh berani memastikan sesuatu yang belum pasti? Masih waraskah penuduh yang menitipkan komentarnya tentang sketsa wajah terduga penyiram air keras ke Novel Baswedan mirip-mirip salah satu suku di wilayah Indonesia Timur?
Tebakan penuduh tentang sketsa wajah yang diduga penyiram air keras ke Novel Baswedan, mirip-mirip dengan salah satu suku di wilayah Indonesia Timur adalah bentuk pelecehan karena tidak didukung data dan fakta yang akurat. Jahatkan?
Penulis mendorong jika penuduh memiliki bukti-bukti yang cukup dan valid, sebaiknya dilaporkan saja kepada Polri biar jelas. Elegankan? Tetapi membuat tebakan bernuansa diskriminatif, rasis dan menyinggung perasaan Suku, Ras tertendu di wilayah Republik Indonesia adalah bentuk perbuatan yang tidak terpuji. Membantu Polri dalam mengungkap kasus ini jauh lebih bermartabat, daripada membuat komentar-komentar lepas yang meresahkan. Mari kita tanamkan sikap saling menghargai tanpa menghakimi.
Sebagai warga negara yang taat hukum kita serahkan sepenuhnya kasus ini kepada pihak berwajib, biarkan Polri yang mengungkapnya dan tugas kita sebagai warga negara adalah mendukung upaya-upaya Polri. Kita jangan menjadi provokator baru yang memperkeruh suasana, menjadi perusak bangsa yang dapat mengancam keutuhan NKRI.
Posting Komentar